Selasa, 01 September 2020

                                                PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL 


1.      PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL.

Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis, yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial pada istilah tersebut mengandung makna seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Mobilitas Sosial adalah adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Seseorang yang mengalami perubahan kedudukan (status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan lain, baik menjadi lebih tinggi maupun menjadi lebih rendah dari sebelumnya atau hanya berpindah peran tanpa mengalami perubahan kedudukan disebut mobilitas sosial.

Beberapa contoh lain mobilitas sosial dalam kehidupan masyarakat kita, misalnya seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang. Seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil, lalu membuka usaha lain, namun gagal dan akhirnya jatuh miskin. Dalam mobilitas sosial, selain terjadi perubahan dari strata bawah ke strata atas, juga terjadi perubahan dari strata atas ke strata bawah. Mobilitas sosial dapat berupa pergerakan sosial ke atas, tetapi juga pergerakan sosial ke bawah.

Mobilitas Sosial menurut para ahli :

1.      Paul B. Horton.

Mobilitas Sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.

2.      Kimball Young dan Raymond W. Mack.

Mobilitas Sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola – pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antar individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dan kelompoknya.

3.      Anthony Giddens.

Mobilitas Sosial menunjuk pada gerakan dari orang per orang dan kelompok – kelompok di antara kedudukan – kedudukan sosial ekonomi yang berbeda.

4.      Horton and Hunt.

Mobilitas sosial merupakan tindakan berpindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.

2.      Bentuk – Bentuk Mobilitas Sosial.

Berdasarkan bentuknya, mobilitas sosial dibedakan atas mobilitas sosial vertical dan mobilitas sosial horizontal.

Mobilitas Sosial Positif / naik yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat kearah yang lebih baik. Mobilitas sosila negatif / turun yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat kearah yang lebih buruk.

a.      Kasus 1

Bu Damaris Mendila adalah seorang guru di salah satu sekolah di Provinsi Papua. Sebagai guru IPS, Bu Damaris menjalankan tugas dengan baik. Bukan hanya mengajar saja, Bu Damaris juga melaksanakan administrasi dengan penuh tanggung jawab. Berbagai kegiatan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya dilaksanakan dengan baik. Karena berbagai prestasinya, Bu Damaris diangkat menjadi kepala Sekolah. Gerak sosial dari seorang guru menjadi seorang kepala sekolah atau naik jabatan pada kasus Bu Damaris merupakan salah satu bentuk Mobilitas Sosial Vertikal

b.      Kasus 2

Pak gayus adalah seorang anak pengusaha yang memiliki usaha perkebunan the di beberapa tempat di Jawa barat. Pak gayus mengembangkan usaha dengan membuka usaha baru, yakni bisnis pertambangan. namun usaha pertambangan Pak Gayus tidak berhasil berkembang. bahkan usaha perkebunannya terus merugi hingga akhirnya mengalami kebangkrutan. Kini Pak gayus memulai sebagai pengusaha kecil, yakni menjadi agen penjualan the. Gerak sosial Pak Gayus yang mengalami penurunan pada kasus ini juga merupakan contoh Mobilitas Sosial Vertikal.

c.       Kasus 3

Pak Zaenuri seorang kepala sekolah di salah satu SMP di Jawa Timur yang sudah 8 tahun menjabat. Dinas Pendidikan memindahkan pak Zaenuri ke sekolah lain dan tetap menjabat sebagai kepala sekolah. Gerak sosial yang dialami Pak zaenuri juga merupakan contoh bentuk Mobilitas Sosial Horizontal.

Uraian berikut ini membantumu untuk mendefinisikan pengertian Mobilitas Vertikal dan Mobilitas Horizontal

a.      Mobilitas Vertikal.

Mobilitas Sosial Vertikal adalah perpindahan seseorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain yang tidak sederajat, baik berpindah ke tingkat yang lebih tinggi (Social Climbing) maupun turun ke tingkat lebih rendah (Social Sinking).

1.      Mobilitas Vertikal Keatas (Social Climbing).

Social Climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang atau naiknya orang – orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi. Seorang karyawan yang karena prestasinya dinilai baik kemudian berhasil menduduki sebagai kepala bagian, manajer, bahkan direktur suatu perusahaan merupakan contoh mobilitas sosial jenis ini. Bentuk Social Climbing lain misalnya terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi daripada lapisan sosial yang sudah ada. Kisah Bu Damaris dalam contoh bacaan kasus 1 merupakan contoh mobilitas sosial ke atas.

2.      Mobilitas Vertikal Kebawah (Social Sinking).

Social Sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses Social Sinking seringkali menimbulkan gejolak kejiwaan bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya. contoh, seorang pegawai diturunkan pangkatnya karena melanggar aturan sehingga ia menjadi pegawai biasa. Contoh bacaan kasus 2, yaitu kejadian yang menimpa Pak gayus, merupakan contoh Social Sinking dalam kehidupan sehari – hari. Social Sinking dapat terjadi karena berhalangan melaksanakan tugas, memasuki masa pensiun, turun jabatan atau dipecat. Social Sinking merupakan pergerakan atau perubahan status sosial dari atas ke bawah.

b.      Mobilitas Horizontal.

Mobilitas Horizontal adalah perindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau objek – objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Pada mobilitas Horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang.

Contoh bacaan Kasus 3, yaitu kejadian yang menimpa pak Zaenuri merupakan contoh mobilitas Horizontal. Pak zaenuri pindah ke sekolah lain, namun tetap dalam jabatan sebagai kepala sekolah. kalian dapat menemuka contoh lain mobilitas sosial Horizontal di lingkungan tempat tinggalmu.

3.      Faktor – Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial.

Dalam setiap masyarakat, kecenderungan mengalami mobilitas sosial berbeda – beda. Ada masyarakat yang dengan cepat dan mudah mengalami mobilitas sosial, tetapi ada pula masyarakat yang cenderung sulit mengalami mobilitas sosial. Terdapat beragam faktor yang mendorong dan terjadinya mobilitas sosial, yaitu :

a.      Faktor Struktural.

Kalian tentu mengenal semua presiden yang pernah memerintah Republik Indonesia, seperti Sukarno, Suharto, BJ habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, susilo bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. ketujuh tokoh Indonesia tersebut berhasil mencapai status sosial yang tinggi berkat system demokrasi yang berlaku dalam politik di Indonesia. Dengan system demokrasi, setiap warga negara Indonesia dapat mencapai status sosial berupa jabatan politik yang tinggi. Kedudukan yang tinggi bulan lagi didasarkan pada keturunan, tetapi pada kemampuan hingga kemudian dipercaya menjadi pemimpin. rakyat biasa sebagaimana ketujuh tokoh diatas menjadi presiden bukan karena mereka keturunan presiden, tetapi dipilih oleh rakyat. Hal ini tentu berbeda dengan system pemerintahan kerajaan dimana pengganti raja adalah keturunan sang raja sendiri.

Struktur masyarakat Indonesia sangat terbuka. Orang miskin dapat mengalami mobilitas sosial setinggi – tingginya, bahkan menjadi presiden. Apabila kalian merupakan anak dari keluarga kurang mampu, jangan berkecil hati. Banyak contoh tokoh Indonesia yang berasal dari keluarga miskin. Kalian tetap dapat mengejar cita – cita setinggi – tingginya karena mobilitas sosial masyarakat Indonesia bukan berdasarkan keturunan melainkan prestasi. Memang keturunan memiliki peran penting dalam perjuangan mobilitas sosial. Anak orang kaya mudah untuk memperoleh modal usaha dibandingkan anak orang miskin. namun pada masa sekarang, banyak orang miskin yang menjadi kaya karena kegigihannya dalam berusaha. Demikian halnya banyak kasus orang kaya tiba – tiba miskin karena terlena dengan kekayaannya, lantas menjadi santai menjalani hidup.

b.      Faktor Individu.

Setiap individu memiliki perbedaan dalam hal sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dua orang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relative setara belum tentu menjadi berhasil dalam melaksanakan mobilitas sosial keatas. Hal ini disebabkan keberhasilan individu sangat ditentukan sikap dan perilaku individu tersebut. Sebagai contoh, dua orang sarjana dari perguruan tinggi yang sama – sama melamar pekerjaan di suatu perusahaan. Hanya satu orang yang diterima karena dianggap memiliki ambisi dan komitmen dalam hidup.

c.       Faktor Sosial.

Setiap perjuangan diawali dari ketidakpuasan. Ketidakpuasan akan status sosial mendorong manusia untuk terus berjuang segigih – gigihnya. Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya. Saat ia dilahirkan, tidak ad satu manusia pun yang dapat memilih status. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi.

Kalian tentu juga ingin meningkatkan status sosialmu. Orangtua mu juga selalu berpesan supaya kalian belajar giat. Mereka berharap, suatu saat kalian lebih berhasil dari orang tuamu.

d.      Faktor Ekonomi.

Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Keadaan ekonomi yang baik memudahkan individu dan kelompok melakukan mobilitas sosial. Kalian dapat memperhatikan berbagai fenomena masyarakat di sekeliling kita. Masyarakat yang kondisi ekonominya baik, cenderung lebih mudah melakukan mobilitas sosial. Dengan kondisi ekonomi yang baik mereka mudah untuk memperoleh modal, pendidikan dan kesempatan lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi atau bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya. pada masyarakat yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, prioritas utama adalah pemenuhan kebutuhan primer.

e.       Faktor Politik.

Bangsa Indonesia patur bersyukur karena memiliki stabilitas politik yang baik. kondisi negara aman dan damai sehingga para pemimpin dapat menjalankan roda pembangunan dengan baik. Semua rakyat berperan aktif dalam pembangunan. Kondisi ini tentu berbeda dengan situasi Indonesia pada tahun 1945 – 1950. Pada masa tersebut, situasi politik dalam negeri tidak menentu. Belanda masih berusaha menguasai Indonesia sehingga memilih perang baru. Beberapa pemberontakan juga terjadi, yang membuat pemerintah lebih sibuk menurus keamanan negara daripada meningkatkan perekonomian. Hal ini jelas mempengaruhi mobilitas sosial warga negara.

f.       Kemudahan dalam Akses Pendidikan.

Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mudah juga bagi orang untuk melakukan pergerakan / mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperolehnya. sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu menjadikan orang tak menjalani pendidikan yang bagus, serta sulit untuk mengubah status karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.

Pada zaman penjajahan, pendidikan sulit didapat bangsa Indonesia. akibatnya masyarakat terkungkung dalam kebodohan. Jangankan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membaca saja sebagian besar rakyat Indonesia tidak bisa. penduduk Indonesia yang dapat membaca dan menulis pada akhir masa penjajahan jepang tidak lebih adri 10 %. Kalian dapat memperkirakan, pada masa penjajahan Belanda, jumlah buta huruf di Indonesia tentu jauh lebih besar.

Bagaimana dengan pendidikan di Indonesia pada masa sekarang ?. Kalian patut bersyukur karena rakyat Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan. Apabila kalian menginginkan pendidikan setinggi – tingginya, negara telah menyediakan berbagai kemudahan. Untuk pendidikan SD dan SMP, negara telah membebaskan biaya dasar pendidikan. Walaupun demikian, tentu buan pendidikan gratis. Sebab, kalau ingin mutu sekolah semakin baik, tentu diperlukan biaya yang tinggi juga. Untuk pendidikan tingkat menengah, beberapa daerah juga telah membebaskan biaya pendidikan. Apabila masih terjadi kesulitan, pemerintah dan swasta memberikan banyak beasiswa.

bagaimana dengan pendidikan di perguruan tinggi ?. selain berbagai beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa berprestasi dan mahasiswa miskin selama menempuh pendidikan, pemerintah juga menyediakan beasiswa yang diberikan pada saat mahasiswa mendaftar di perguruan tinggi. Beasiswa yang diluncurkan sejak masa Presiden Susilo Bambang Yudoyono tersebut bernama BIDIKMISI (Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin berprestasi). Apabila merasa berasal dari keluarga kurang mampu, kalian dapat mendaftarkan diri di perguruan tinggi dengan dukungan beasiswa BIDIKMISI. Semua biaya kuliah dan biaya hidup selama studi akan ditanggung negara.

Selain memahami berbagai faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial, kalian juga perlu memahami berbagai faktor penghambat mobilitas sosial. Beberapa faktor pendorong terjadinya mobilitas sosial yang telah kalian pelajari diatas pada dasarnya juga merupakan faktor penghambat mobilitas sosial apabila kondisinya dibalik. Sebagai contoh, pendidikan akan menjadi pendorong mobilitas sosial apabila system pendidikan bersifat terbuka masih seperti di Indonesia pada masa sekarang. Apabila system pendidikan seperti pada masa penjajahan, mobilitas sosial masyarakat pasti terhambat.

Beberapa faktor penghambat mobilitas sosial adalah sebagai berikut :

a.      Kemiskinan.

faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sulit. Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Masyarakat yang berpendidikan rendah berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Akibatnya, tingkat kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan terbatas.

Saat ini, negara Indonesia masih memiliki penduduk miskin 12 %. Hal ini menjadi hambatan dalam mobilitas sosial. Karena itulah, pemerintah berusaha mengurangi kemiskinan tersebut dengan berbagai cara. Dengan hilangnya kemiskinan, dengan sendirinya masyarakat akan mudah mengakses berbagai fasilitas dasar dan memudahkan mobilitas.

b.      Diskriminasi.

Diskriminasi berarti pembedaan perlakuan karena alasan perbedaan bangsa, suku, ras, agama, golongan. Pada masa penjajahan, terjadi diskriminasi pemerintah Hindia Belanda terhadap masyarakat keturunan Eropa dan masyarakat Indonesia. dalam memperoleh pendidikan, masyarakat Indonesia disediakan sekolah yang kualitasnya berbeda dengan sekolah – sekolah untuk orang – orang eropa. Hal ini tentu mempersulit mobilitas sosial rakyat Indonesia.

 

4.      Saluran – Saluran Mobilitas Sosial.

Kalian tentu berfikir, bagaimana caranya agar mobilitas sosial itu terjadi ?. Setiap orang dapat mewujudkan mobilitas sosial di lingkungan atau instansi tempat ia sedang berkarya. Sebagai contoh, bagi seorang guru yang sedang bertugas di lembaga pendidikan tersebut. Seorang politikus di partai politik dapat melakukan mobilitas sosial di partai politik yang ia ikuti.

Berikut ini merupakan contoh saluran – saluran mobilitas sosial.

a.      Pendidikan.

Pendidikan merupakan saluran bagi mobilitas vertical yang sering digunakan karena melalui pendidikan orang dapat mengubah statusnya. Lembaga – lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertical keatas, bahkan dianggap sebagai Social Elevator (Perangkat) yang mengangkat seseorang dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.

Contoh seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang perguruan tinggi. setelah lulus, ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha. Setelah ia berhasil menjadi pedagang, secara otomatis status sosialnya juga meningkat.

b.      Organisasi Politik.

banyak contoh orang yang meniti perjuangan karir di organisasi politik dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Sebagai contoh, Presiden republic Indonesia pertama Ir. Soekarno. Ketika mendirikan Partai Nasional Indonesia, Sukarno tidak memiliki jabatan di pemerintahan. namun melalui perjuangan politiknya, Sukarno semakin dikenal rakyat dan penjajah. Pada saat kemerdekaan, Sukarno dipilih menjadi Presiden republic Indonesia.

Seorang anggota partai politik yang professional dan punya dedikasi tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status yang semakin tinggi dalam partainya sampai akhirnya menjadi anggota dewan legislative.

c.       Organisasi Ekonomi.

Organisasi yang bergerak itu antara lain dalam bidang perusahaan ataupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas – luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertical. Organisasi ekonomi itu antara lain koperasi dan badan usaha.

d.      Organisasi Profesi.

Contoh organisasi profesi yang dapat dijadikan sebagai saluran mobilitas vertical adalah PGRI (Persatuan Guru Republic Indonesia), IDI (Ikatan Dokter indonesia), HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) dan organisasi profesi lainnya. Bagaimana organisasi profesi dapat menjadi sarana saluran mobilitas Vertikal ?. Karena organisasi profesi merupakan himpunan orang – orang yang memiliki profesi yang sama sehingga mereka akan lebih kompak dan kuat memperjuangkan profesinya.

Sebagai contoh, organisasi profesi guru, PGRI merupakan salah satu sarana perjuangan para guru dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan guru. Selain memperjuangkan pendidikan di Indonesia, PGRI juga memperjuangkan peningkatan kesejahteraan guru. Perjuangan PGRI tentu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia sehingga kesejahteraan guru di Indonesia terus mengalami peningkatan.

5.      Dampak Mobilitas Sosial.

Apakah dampak terjadinya mobilitas sosial ?. Apabila semua mobilitas sosial bersifat keatas (Social Climbing), tentu semua orang akan merasa senang. Akan tetapi, selalu ada 3 (tiga) kemungkinan mobilitas sosial, yakni ke bawah, ke atas dan ke samping. Karena itulah, kalian perlu memahami bahwa dampak terjadinya mobilitas sosial bersifat positif dan negatif.

Apakah dampak positif terjadinya mobilitas sosial ?.

 

 

 Berikut ini beberapa Dampak Positif terjadinya Mobilitas Sosial.

a.      Mendorong Seseorang untuk Lebih Maju.

Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju di berbagai bidang. Kalian dapat membedakan kondisi Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. Pada masa penjajahan, banyak rakyat kecil yang tidak memiliki cita – cita menjadi camat, bupati atau gubernur. Hal ini karena tidak adanya kesempatan untuk itu. Bagaimana dengan sekarang ?. Banyak rakyat kecil kemudian berhasil menjadi pemimpin di berbagai bidang.

b.      Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial.

Mobilitas sosial akanlebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat kearah yang lebih baik. Contoh : Indonesia sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industry. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung sumber daya manusia yang berkualitas. Hal itu berarti perlu peningkatan kualitas pendidikan.

Keberhasilan mobilitas sosial di Indonesia berarti membuat orang Indonesia memiliki kedudukan terhormat. Cerdik cendikia yang semakin banyak secara langsung mendorong terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat. Perubahan yang mudah dilihat, misalnya pada masyarakat desa. Penduduk yang berhasil melakukan mobilitas sosial biasanya akan mempengaruhi teman – teman atau masyarakat lainnya. Hal ini berarti secara langsung akan mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di desa tersebut. Penduduk yang sebagian besar berpendidikan rendah, kemudian berpendidikan tinggi akan berpengaruh terhadap gaya hidup dan mata pencaharian mereka.

c.       Meningkatkan Integrasi Sosial.

Mobilitas sosila merupakan salah satu perjuangan manusia dan kelompok sosial untuk mencapai posisi yang semakin tinggi. Dalam hal ini, sangat wajar kalau kemudian timbul persaingan yang kerap juga memicu konflik. Dalam perjalanan kehidupan manusia, persaingan tidak dapat dihindarkan. Persaingan selalu muncul dengan berbagai kategorinya. Bahkan, persaingan bisa menjelma menjadi konflik.

Perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan mendapat tentangan luar biasa dari penjajah. Konflik ini tidak dapat dihindarkan bahkan sampai terjadi perang. Sebagai contoh kecil, perjuangan karyawan bawahan di suatu perusahaan untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi akan menghadapi persaingan dari karyawan lain. Bahkan dapat pula berhadapan dengan atasan yang takut kedudukannya digeser.

Contoh lain : Perjuangan didalam partai politik dan antar partai politik. Semua partai politik berjuang salah satunya untuk memperoleh kekuasaan. Kondisi ini tentu menimbulkan persaingan yang kadang memunculkan konflik. Kalian tentu masih ingat peristiwa Gerakan 30 Sepetember 1965. Peristiwa tersebut merupakan salah satu dampak negatif dari ambisi mereka, jabatan atau kekuasaan yang lebih tinggi. Persaingan antar partai politik di Indonesia mengakibatkan konflik yang membahayakan kelangsungan bangsa Indonesia.

Persaingan ataupun konflik perlu disikapi dengan bijaksana. Persaingan tidak dapat dihindarkan, tetapi persaingan yang tidak sehat akan menyebabkan konflik. Karena itulah, setiap perubahan sosial hendaknya selalu dikelola dengan sikap yang positif. Dengan demikian, tiap individu atau kelompok sosial yang berhasil atau gagal dalam usaha melakukan mobilitas sosial ke atas sama – sama ikhlas menerima kenyataan.

b.      Gangguan Psikologis.

Seseorang yang memiliki jabatan kadang khawatir kehilangan jabatan. Bahkan pada saat jabatan yang dimiliki sudah lepas, kadang ia tidak rela melepaskan jabatan tersebut. Banyak orang yang setelah kehilangan jabatan, baik karena diganti maupun karena sudah selesai masa tugasnya (pensiun), menjadi mudah gelisah. Individu yang mengalami keadaan seperti ini termasuk mengalami gangguan psikologis. Hal tersebut akan membahayakan diri sendiri karena stress yang berkepanjangan akan melahirkan berbagai penyakit psikis dan fisik lainnya.

Contohnya : darah tinggi, asam lambung, insomnia merupakan penyakit yang salah satunya disebabkan gangguan psikologis. Gangguan psikologis seperti diatas tentu tidak akan terjadi pada individu yang lapang dada menerima keadaan dan kemudian bertekad untuk berubah.

 

 



0 komentar:

Posting Komentar

Home - Recent Posts (show/hide)

show

BTemplates.com

blogger-disqus-facebook

Channel Youtube


Fixed Sidebar (true/false)

true

Popular Posts

Blog Archive