PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL
1. PENGERTIAN
MOBILITAS SOSIAL.
Mobilitas berasal
dari bahasa latin mobilis, yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak
dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial pada istilah tersebut
mengandung makna seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.
Mobilitas Sosial adalah adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok
dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Seseorang yang mengalami perubahan
kedudukan (status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan lain, baik menjadi
lebih tinggi maupun menjadi lebih rendah dari sebelumnya atau hanya berpindah
peran tanpa mengalami perubahan kedudukan disebut mobilitas sosial.
Beberapa contoh lain mobilitas sosial
dalam kehidupan masyarakat kita, misalnya seorang pensiunan pegawai rendahan
salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil
dengan gemilang. Seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang
berhasil, lalu membuka usaha lain, namun gagal dan akhirnya jatuh miskin. Dalam
mobilitas sosial, selain terjadi perubahan dari strata bawah ke strata atas,
juga terjadi perubahan dari strata atas ke strata bawah. Mobilitas sosial dapat
berupa pergerakan sosial ke atas, tetapi juga pergerakan sosial ke bawah.
Mobilitas Sosial menurut para ahli :
1. Paul B. Horton.
Mobilitas Sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial
ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang
lainnya.
2. Kimball Young dan
Raymond W. Mack.
Mobilitas Sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola –
pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat hubungan antar individu dalam kelompok dan hubungan antara
individu dan kelompoknya.
3. Anthony Giddens.
Mobilitas Sosial menunjuk pada gerakan dari orang per orang dan kelompok
– kelompok di antara kedudukan – kedudukan sosial ekonomi yang berbeda.
4. Horton and Hunt.
Mobilitas sosial merupakan tindakan berpindah dari
satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.
2. Bentuk – Bentuk
Mobilitas Sosial.
Berdasarkan bentuknya, mobilitas
sosial dibedakan atas mobilitas sosial vertical dan mobilitas sosial
horizontal.
Mobilitas Sosial Positif / naik yaitu
perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat kearah yang lebih baik. Mobilitas sosila negatif / turun yaitu
perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat kearah yang lebih buruk.
a. Kasus 1
Bu Damaris Mendila adalah seorang
guru di salah satu sekolah di Provinsi Papua. Sebagai guru IPS, Bu Damaris
menjalankan tugas dengan baik. Bukan hanya mengajar saja, Bu Damaris juga
melaksanakan administrasi dengan penuh tanggung jawab. Berbagai kegiatan
sekolah yang menjadi tanggung jawabnya dilaksanakan dengan baik. Karena
berbagai prestasinya, Bu Damaris diangkat menjadi kepala Sekolah. Gerak sosial
dari seorang guru menjadi seorang kepala sekolah atau naik jabatan pada kasus
Bu Damaris merupakan salah satu bentuk Mobilitas Sosial Vertikal
b. Kasus 2
Pak gayus adalah seorang anak
pengusaha yang memiliki usaha perkebunan the di beberapa tempat di Jawa barat.
Pak gayus mengembangkan usaha dengan membuka usaha baru, yakni bisnis
pertambangan. namun usaha pertambangan Pak Gayus tidak berhasil berkembang.
bahkan usaha perkebunannya terus merugi hingga akhirnya mengalami kebangkrutan.
Kini Pak gayus memulai sebagai pengusaha kecil, yakni menjadi agen penjualan
the. Gerak sosial Pak Gayus yang mengalami penurunan pada kasus ini juga
merupakan contoh Mobilitas Sosial Vertikal.
c. Kasus 3
Pak Zaenuri seorang kepala sekolah di
salah satu SMP di Jawa Timur yang sudah 8 tahun menjabat. Dinas Pendidikan
memindahkan pak Zaenuri ke sekolah lain dan tetap menjabat sebagai kepala
sekolah. Gerak sosial yang dialami Pak zaenuri juga merupakan contoh bentuk
Mobilitas Sosial Horizontal.
Uraian berikut ini membantumu untuk
mendefinisikan pengertian Mobilitas Vertikal dan Mobilitas Horizontal
a. Mobilitas Vertikal.
Mobilitas Sosial Vertikal adalah
perpindahan seseorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan
sosial lain yang tidak sederajat, baik berpindah ke tingkat yang lebih tinggi
(Social Climbing) maupun turun ke tingkat lebih rendah (Social Sinking).
1. Mobilitas Vertikal
Keatas (Social Climbing).
Social Climbing adalah mobilitas yang
terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang atau naiknya
orang – orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi. Seorang
karyawan yang karena prestasinya dinilai baik kemudian berhasil menduduki
sebagai kepala bagian, manajer, bahkan direktur suatu perusahaan merupakan
contoh mobilitas sosial jenis ini. Bentuk Social Climbing lain misalnya
terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi daripada lapisan sosial yang
sudah ada. Kisah Bu Damaris dalam contoh bacaan kasus 1 merupakan contoh
mobilitas sosial ke atas.
2. Mobilitas Vertikal
Kebawah (Social Sinking).
Social Sinking merupakan proses
penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses Social Sinking seringkali
menimbulkan gejolak kejiwaan bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan
kewajibannya. contoh, seorang pegawai diturunkan pangkatnya karena melanggar
aturan sehingga ia menjadi pegawai biasa. Contoh bacaan kasus 2, yaitu kejadian
yang menimpa Pak gayus, merupakan contoh Social Sinking dalam kehidupan sehari
– hari. Social Sinking dapat terjadi karena berhalangan melaksanakan tugas,
memasuki masa pensiun, turun jabatan atau dipecat. Social Sinking merupakan
pergerakan atau perubahan status sosial dari atas ke bawah.
b. Mobilitas
Horizontal.
Mobilitas Horizontal adalah
perindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial
yang sama. Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau objek – objek
sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang
sederajat. Pada mobilitas Horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat
kedudukan seseorang.
Contoh bacaan Kasus 3, yaitu kejadian
yang menimpa pak Zaenuri merupakan contoh mobilitas Horizontal. Pak zaenuri
pindah ke sekolah lain, namun tetap dalam jabatan sebagai kepala sekolah.
kalian dapat menemuka contoh lain mobilitas sosial Horizontal di lingkungan
tempat tinggalmu.
3. Faktor – Faktor
Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial.
Dalam setiap masyarakat,
kecenderungan mengalami mobilitas sosial berbeda – beda. Ada masyarakat yang
dengan cepat dan mudah mengalami mobilitas sosial, tetapi ada pula masyarakat
yang cenderung sulit mengalami mobilitas sosial. Terdapat beragam
faktor yang mendorong dan terjadinya mobilitas sosial, yaitu :
a. Faktor Struktural.
Kalian tentu mengenal semua presiden
yang pernah memerintah Republik Indonesia, seperti Sukarno, Suharto, BJ
habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, susilo bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.
ketujuh tokoh Indonesia tersebut berhasil mencapai status sosial yang tinggi
berkat system demokrasi yang berlaku dalam politik di Indonesia. Dengan system
demokrasi, setiap warga negara Indonesia dapat mencapai status sosial berupa
jabatan politik yang tinggi. Kedudukan yang tinggi bulan lagi didasarkan pada
keturunan, tetapi pada kemampuan hingga kemudian dipercaya menjadi pemimpin.
rakyat biasa sebagaimana ketujuh tokoh diatas menjadi presiden bukan karena
mereka keturunan presiden, tetapi dipilih oleh rakyat. Hal ini tentu berbeda
dengan system pemerintahan kerajaan dimana pengganti raja adalah keturunan sang
raja sendiri.
Struktur masyarakat Indonesia sangat
terbuka. Orang miskin dapat mengalami mobilitas sosial setinggi – tingginya,
bahkan menjadi presiden. Apabila kalian merupakan anak dari keluarga kurang
mampu, jangan berkecil hati. Banyak contoh tokoh Indonesia yang berasal dari
keluarga miskin. Kalian tetap dapat mengejar cita – cita setinggi – tingginya
karena mobilitas sosial masyarakat Indonesia bukan berdasarkan keturunan
melainkan prestasi. Memang keturunan memiliki peran penting dalam perjuangan
mobilitas sosial. Anak orang kaya mudah untuk memperoleh modal usaha
dibandingkan anak orang miskin. namun pada masa sekarang, banyak orang miskin
yang menjadi kaya karena kegigihannya dalam berusaha. Demikian halnya banyak
kasus orang kaya tiba – tiba miskin karena terlena dengan kekayaannya, lantas
menjadi santai menjalani hidup.
b. Faktor Individu.
Setiap individu memiliki perbedaan
dalam hal sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dua orang memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang relative setara belum tentu menjadi berhasil dalam
melaksanakan mobilitas sosial keatas. Hal ini disebabkan keberhasilan individu
sangat ditentukan sikap dan perilaku individu tersebut. Sebagai contoh, dua
orang sarjana dari perguruan tinggi yang sama – sama melamar pekerjaan di suatu
perusahaan. Hanya satu orang yang diterima karena dianggap memiliki ambisi dan
komitmen dalam hidup.
c. Faktor Sosial.
Setiap perjuangan diawali dari
ketidakpuasan. Ketidakpuasan akan status sosial mendorong manusia untuk terus
berjuang segigih – gigihnya. Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang
dimiliki oleh orang tuanya. Saat ia dilahirkan, tidak ad satu manusia pun yang
dapat memilih status. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan
oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang
lebih tinggi.
Kalian tentu juga ingin meningkatkan
status sosialmu. Orangtua mu juga selalu berpesan supaya kalian belajar giat.
Mereka berharap, suatu saat kalian lebih berhasil dari orang tuamu.
d. Faktor Ekonomi.
Keadaan ekonomi dapat menjadi
pendorong terjadinya mobilitas sosial. Keadaan ekonomi yang baik memudahkan
individu dan kelompok melakukan mobilitas sosial. Kalian dapat memperhatikan
berbagai fenomena masyarakat di sekeliling kita. Masyarakat yang kondisi
ekonominya baik, cenderung lebih mudah melakukan mobilitas sosial. Dengan
kondisi ekonomi yang baik mereka mudah untuk memperoleh modal, pendidikan dan
kesempatan lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat yang mengalami
kesulitan ekonomi atau bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya. pada
masyarakat yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, prioritas utama
adalah pemenuhan kebutuhan primer.
e. Faktor Politik.
Bangsa Indonesia patur bersyukur
karena memiliki stabilitas politik yang baik. kondisi negara aman dan damai
sehingga para pemimpin dapat menjalankan roda pembangunan dengan baik. Semua
rakyat berperan aktif dalam pembangunan. Kondisi ini tentu berbeda dengan
situasi Indonesia pada tahun 1945 – 1950. Pada masa tersebut, situasi politik
dalam negeri tidak menentu. Belanda masih berusaha menguasai Indonesia sehingga
memilih perang baru. Beberapa pemberontakan juga terjadi, yang membuat
pemerintah lebih sibuk menurus keamanan negara daripada meningkatkan
perekonomian. Hal ini jelas mempengaruhi mobilitas sosial warga negara.
f. Kemudahan dalam
Akses Pendidikan.
Jika pendidikan berkualitas mudah
didapat, tentu mudah juga bagi orang untuk melakukan pergerakan / mobilitas
dengan berbekal ilmu yang diperolehnya. sebaliknya, kesulitan dalam mengakses
pendidikan yang bermutu menjadikan orang tak menjalani pendidikan yang bagus,
serta sulit untuk mengubah status karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.
Pada zaman penjajahan, pendidikan
sulit didapat bangsa Indonesia. akibatnya masyarakat terkungkung dalam
kebodohan. Jangankan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membaca saja
sebagian besar rakyat Indonesia tidak bisa. penduduk Indonesia yang dapat
membaca dan menulis pada akhir masa penjajahan jepang tidak lebih adri 10 %.
Kalian dapat memperkirakan, pada masa penjajahan Belanda, jumlah buta huruf di
Indonesia tentu jauh lebih besar.
Bagaimana dengan pendidikan di
Indonesia pada masa sekarang ?. Kalian patut bersyukur karena rakyat Indonesia
memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan. Apabila kalian
menginginkan pendidikan setinggi – tingginya, negara telah menyediakan berbagai
kemudahan. Untuk pendidikan SD dan SMP, negara telah membebaskan biaya dasar
pendidikan. Walaupun demikian, tentu buan pendidikan gratis. Sebab, kalau ingin
mutu sekolah semakin baik, tentu diperlukan biaya yang tinggi juga. Untuk
pendidikan tingkat menengah, beberapa daerah juga telah membebaskan biaya
pendidikan. Apabila masih terjadi kesulitan, pemerintah dan swasta memberikan
banyak beasiswa.
bagaimana dengan pendidikan di
perguruan tinggi ?. selain berbagai beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa
berprestasi dan mahasiswa miskin selama menempuh pendidikan, pemerintah juga
menyediakan beasiswa yang diberikan pada saat mahasiswa mendaftar di perguruan
tinggi. Beasiswa yang diluncurkan sejak masa Presiden Susilo Bambang Yudoyono
tersebut bernama BIDIKMISI (Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin berprestasi).
Apabila merasa berasal dari keluarga kurang mampu, kalian dapat mendaftarkan
diri di perguruan tinggi dengan dukungan beasiswa BIDIKMISI. Semua biaya kuliah
dan biaya hidup selama studi akan ditanggung negara.
Selain memahami berbagai faktor yang
mendorong terjadinya mobilitas sosial, kalian juga perlu memahami berbagai
faktor penghambat mobilitas sosial. Beberapa faktor pendorong terjadinya
mobilitas sosial yang telah kalian pelajari diatas pada dasarnya juga merupakan
faktor penghambat mobilitas sosial apabila kondisinya dibalik. Sebagai contoh,
pendidikan akan menjadi pendorong mobilitas sosial apabila system pendidikan
bersifat terbuka masih seperti di Indonesia pada masa sekarang. Apabila system
pendidikan seperti pada masa penjajahan, mobilitas sosial masyarakat pasti
terhambat.
Beberapa faktor penghambat mobilitas
sosial adalah sebagai berikut :
a. Kemiskinan.
faktor ekonomi dapat membatasi
mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu
merupakan hal sulit. Salah satu penyebab kemiskinan adalah pendidikan yang
rendah. Masyarakat yang berpendidikan rendah berpengaruh terhadap kualitas
sumber daya manusia. Akibatnya, tingkat kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan
terbatas.
Saat ini, negara Indonesia masih
memiliki penduduk miskin 12 %. Hal ini menjadi hambatan dalam mobilitas sosial.
Karena itulah, pemerintah berusaha mengurangi kemiskinan tersebut dengan
berbagai cara. Dengan hilangnya kemiskinan, dengan sendirinya masyarakat akan
mudah mengakses berbagai fasilitas dasar dan memudahkan mobilitas.
b. Diskriminasi.
Diskriminasi berarti pembedaan
perlakuan karena alasan perbedaan bangsa, suku, ras, agama, golongan. Pada masa
penjajahan, terjadi diskriminasi pemerintah Hindia Belanda terhadap masyarakat
keturunan Eropa dan masyarakat Indonesia. dalam memperoleh pendidikan,
masyarakat Indonesia disediakan sekolah yang kualitasnya berbeda dengan sekolah
– sekolah untuk orang – orang eropa. Hal ini tentu mempersulit mobilitas sosial
rakyat Indonesia.
4. Saluran – Saluran
Mobilitas Sosial.
Kalian tentu berfikir, bagaimana
caranya agar mobilitas sosial itu terjadi ?. Setiap orang dapat mewujudkan
mobilitas sosial di lingkungan atau instansi tempat ia sedang berkarya. Sebagai
contoh, bagi seorang guru yang sedang bertugas di lembaga pendidikan tersebut.
Seorang politikus di partai politik dapat melakukan mobilitas sosial di partai
politik yang ia ikuti.
Berikut ini merupakan contoh saluran
– saluran mobilitas sosial.
a. Pendidikan.
Pendidikan merupakan saluran bagi
mobilitas vertical yang sering digunakan karena melalui pendidikan orang dapat
mengubah statusnya. Lembaga – lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran
yang konkret dari mobilitas vertical keatas, bahkan dianggap sebagai Social
Elevator (Perangkat) yang mengangkat seseorang dari kedudukan yang rendah ke
kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang
untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
Contoh seorang anak dari keluarga
miskin mengenyam sekolah sampai jenjang perguruan tinggi. setelah lulus, ia
memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha.
Setelah ia berhasil menjadi pedagang, secara otomatis status sosialnya juga
meningkat.
b. Organisasi Politik.
banyak contoh orang yang meniti
perjuangan karir di organisasi politik dari tingkat rendah sampai tingkat
tinggi. Sebagai contoh, Presiden republic Indonesia pertama Ir. Soekarno.
Ketika mendirikan Partai Nasional Indonesia, Sukarno tidak memiliki jabatan di
pemerintahan. namun melalui perjuangan politiknya, Sukarno semakin dikenal rakyat
dan penjajah. Pada saat kemerdekaan, Sukarno dipilih menjadi Presiden republic
Indonesia.
Seorang anggota partai politik yang
professional dan punya dedikasi tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan
status yang semakin tinggi dalam partainya sampai akhirnya menjadi anggota
dewan legislative.
c. Organisasi Ekonomi.
Organisasi yang bergerak itu antara
lain dalam bidang perusahaan ataupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas
– luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertical. Organisasi ekonomi
itu antara lain koperasi dan badan usaha.
d. Organisasi Profesi.
Contoh organisasi profesi yang dapat
dijadikan sebagai saluran mobilitas vertical adalah PGRI (Persatuan Guru
Republic Indonesia), IDI (Ikatan Dokter indonesia), HIPMI (Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia) dan organisasi profesi lainnya. Bagaimana organisasi profesi
dapat menjadi sarana saluran mobilitas Vertikal ?. Karena organisasi profesi
merupakan himpunan orang – orang yang memiliki profesi yang sama sehingga
mereka akan lebih kompak dan kuat memperjuangkan profesinya.
Sebagai contoh, organisasi profesi
guru, PGRI merupakan salah satu sarana perjuangan para guru dalam bidang
pendidikan dan kesejahteraan guru. Selain memperjuangkan pendidikan di
Indonesia, PGRI juga memperjuangkan peningkatan kesejahteraan guru. Perjuangan
PGRI tentu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia sehingga kesejahteraan guru
di Indonesia terus mengalami peningkatan.
5. Dampak Mobilitas
Sosial.
Apakah dampak terjadinya mobilitas
sosial ?. Apabila semua mobilitas sosial bersifat keatas (Social Climbing),
tentu semua orang akan merasa senang. Akan tetapi, selalu ada 3 (tiga)
kemungkinan mobilitas sosial, yakni ke bawah, ke atas dan ke samping. Karena
itulah, kalian perlu memahami bahwa dampak terjadinya mobilitas sosial bersifat
positif dan negatif.
Apakah dampak positif terjadinya
mobilitas sosial ?.
Berikut ini beberapa Dampak
Positif terjadinya Mobilitas Sosial.
a. Mendorong Seseorang
untuk Lebih Maju.
Terbukanya kesempatan untuk pindah
dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri
seseorang untuk maju di berbagai bidang. Kalian dapat membedakan kondisi
Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. Pada masa penjajahan, banyak rakyat
kecil yang tidak memiliki cita – cita menjadi camat, bupati atau gubernur. Hal
ini karena tidak adanya kesempatan untuk itu. Bagaimana dengan sekarang ?.
Banyak rakyat kecil kemudian berhasil menjadi pemimpin di berbagai bidang.
b. Mempercepat Tingkat
Perubahan Sosial.
Mobilitas sosial akanlebih
mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat kearah yang lebih baik. Contoh
: Indonesia sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat
industry. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung sumber daya
manusia yang berkualitas. Hal itu berarti perlu peningkatan kualitas
pendidikan.
Keberhasilan mobilitas sosial di
Indonesia berarti membuat orang Indonesia memiliki kedudukan terhormat. Cerdik
cendikia yang semakin banyak secara langsung mendorong terjadinya perubahan
sosial budaya masyarakat. Perubahan yang mudah dilihat, misalnya pada
masyarakat desa. Penduduk yang berhasil melakukan mobilitas sosial biasanya
akan mempengaruhi teman – teman atau masyarakat lainnya. Hal ini berarti secara
langsung akan mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di desa tersebut.
Penduduk yang sebagian besar berpendidikan rendah, kemudian berpendidikan
tinggi akan berpengaruh terhadap gaya hidup dan mata pencaharian mereka.
c. Meningkatkan
Integrasi Sosial.
Mobilitas sosila merupakan salah satu
perjuangan manusia dan kelompok sosial untuk mencapai posisi yang semakin
tinggi. Dalam hal ini, sangat wajar kalau kemudian timbul persaingan yang kerap
juga memicu konflik. Dalam perjalanan kehidupan manusia, persaingan tidak dapat
dihindarkan. Persaingan selalu muncul dengan berbagai kategorinya. Bahkan,
persaingan bisa menjelma menjadi konflik.
Perjuangan bangsa Indonesia untuk
memperoleh kemerdekaan mendapat tentangan luar biasa dari penjajah. Konflik ini
tidak dapat dihindarkan bahkan sampai terjadi perang. Sebagai contoh kecil,
perjuangan karyawan bawahan di suatu perusahaan untuk mencapai kedudukan yang
lebih tinggi akan menghadapi persaingan dari karyawan lain. Bahkan dapat pula
berhadapan dengan atasan yang takut kedudukannya digeser.
Contoh lain : Perjuangan didalam
partai politik dan antar partai politik. Semua partai politik berjuang salah
satunya untuk memperoleh kekuasaan. Kondisi ini tentu menimbulkan persaingan
yang kadang memunculkan konflik. Kalian tentu masih ingat peristiwa Gerakan 30
Sepetember 1965. Peristiwa tersebut merupakan salah satu dampak negatif dari
ambisi mereka, jabatan atau kekuasaan yang lebih tinggi. Persaingan antar
partai politik di Indonesia mengakibatkan konflik yang membahayakan
kelangsungan bangsa Indonesia.
Persaingan ataupun konflik perlu
disikapi dengan bijaksana. Persaingan tidak dapat dihindarkan, tetapi
persaingan yang tidak sehat akan menyebabkan konflik. Karena itulah, setiap
perubahan sosial hendaknya selalu dikelola dengan sikap yang positif. Dengan
demikian, tiap individu atau kelompok sosial yang berhasil atau gagal dalam
usaha melakukan mobilitas sosial ke atas sama – sama ikhlas menerima kenyataan.
b. Gangguan
Psikologis.
Seseorang yang memiliki jabatan
kadang khawatir kehilangan jabatan. Bahkan pada saat jabatan yang dimiliki
sudah lepas, kadang ia tidak rela melepaskan jabatan tersebut. Banyak orang
yang setelah kehilangan jabatan, baik karena diganti maupun karena sudah
selesai masa tugasnya (pensiun), menjadi mudah gelisah. Individu yang mengalami
keadaan seperti ini termasuk mengalami gangguan psikologis. Hal tersebut akan
membahayakan diri sendiri karena stress yang berkepanjangan akan melahirkan
berbagai penyakit psikis dan fisik lainnya.
Contohnya : darah tinggi,
asam lambung, insomnia merupakan penyakit yang salah satunya disebabkan
gangguan psikologis. Gangguan psikologis seperti diatas tentu tidak akan
terjadi pada individu yang lapang dada menerima keadaan dan kemudian bertekad
untuk berubah.
0 komentar:
Posting Komentar